seseorang pernah mengatakan padaku bahwa dia lebih senang menatap langit-langit kamarnya dibanding harus keluar dan menatap langit biru. aku yang saat itu masih sangat naif dan menganggap langit biru akan lebih menyenangkan dibanding langit-langit kamar hanya menertawainya dan menganggapnya penakut. saat ini aku sadar, aku sudah sepenuhnya sadar bahwa aku terlalu banyak berharap. langit itu memang biru, tapi tak akan selamanya tetap menjadi biru. seiring waktu ia akan terus berubah dan kadang menjadi kelam bersahut petir. aku tidak suka perubahan, aku tak pernah menyukai itu. dan seperti yang dia katakan, langit-langit kamar memang lebih indah. memang langit-langit kamar terlihat lebih sempit jika dibandingkan dengan langit biru, tapi setidaknya ia tidak akan pernah berubah. aku sudah menyerah tentang langit itu. . .
begitu juga dengan mimpiku. . .